Following Me are:

Jumat, Oktober 29, 2010

DWI PUTRI RAHMAWATI

0806319860

Ringkasan Teori Antropologi

Proses Evolusi secara universal

Menurut konsepsi tentang proses evolusi sosial universal, semua hal tersebut harus dipandang dalam rangka masyarakat manusia yang telah berkembang dengan lambat (berevolusi) dari tingkat terendah dan sederhana ketingkat- tingkat yang makin lama makin tinggi dan compleks. Proses evolusi ini akan dialami oleh semua masyarakat manusia dimuka bumi, walaupun dengan kecepatan yang berbeda- beda.

Konsep Evolusi sosial universal H. Spencer

Semua karya Spencer berdasarkan konsepsi bahwa seluruh alam itu, baik yang berwujud non-organis, organis, maupun superorganis berevolusi karena didorong oleh kekuatan mutlak yang disebut evolusi universal.

Teori Spencer mengenai religi adalah bahwa pada semua bangsa didunia religi itu mulai karena manusia sadar dan takut akan maut. Serupa dengan E.B Tylor, ia juga berpendirian bahwa bentuk religi paling tua adalah penyembahan kepada roh-roh yang merupakan personifikasi dari jiwa orang-orang yang telah meninggal, terutama nenek moyangnya. Bentuk religi yang tertua ini pada semua bangsa didunia akan berevolusi kebentuk religi yang menurut Spencer merupakan tingkat evolusi yang lebih kompleks dan berdiferensiasi, yaitu penyembahan kepada dewa-dewa, seperti dewa kejayaan, kebijaksanaan, dewa perang, dewi kecantikan, dan sebagainya.
Dewa-dewa yang menjadi pusat orientasi dan penyembahan manusia dalam tingkat evolusi religi seperti itu mempunyai ciri-ciri yang mantap dalam bayangan seluruh umatnya, karena tercantum dalam mitologi yang seringkali telah berada dalam bentuk tulisan. Namun, walaupun religi dari semua bangsa di dunia pada garis besar evolusi universal akan berkembang dari tingkat penyembahan roh nenek moyang ketingkat penyembahan dewa-dewa, secara khusus tiap bangsa dapat mengalami proses evolusi yang berbeda-beda.

Spencer berpendirian bahwa hukum dalam masyarakat, awalnya manusia adalah hukum keramat, karena merupakan aturan-aturan hidup dan bergaul, yang berasal dari para nenek moyang. Dengan demikian kekuatan dari hukum dalam masyarakat pada zaman permulaan itu yang terdiri dari kelompok-kelompok keluarga luas yang terdiri dari paling banyak 10 hingga 20 individu, berlandaskan kepada ketakutan warga masyarakat akan kemarahan roh nenek moyang jika aturan-aturan tersebut dilanggar.

Pada tingkat evolusi sosial selanjutnya timbul masyarakat industri dimana manusia menjadi bersifat lebih individualis dan dimana kekuasaan raja dan keyakinan terhadap raja keramat berkurang, maka timbul lagi suatu sistem hukum yang baru, yang kembali berdasarkan atas azas saling butuh-membutuhkan antara warga masyarakat secara timbal balik. Prosedur terjadinya undang-undang adalah dengan perundingan antara wakil-wakil warga masyarakat dalam badan-badan legislatif.

Teori evolusi keluarga J.J Bachoven

Teori ini dijelasan dalam buku karya Das Mutrech. Dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Promiskuitas, dimana manusia hidup serupa macam binatang berkelompok, laki- laki dan wanita berhubungan dengan bebas dan melahirkan keturunannya tanpa adanya ikatan.

2. Matriarchat, dimana perkawinan antara ibu dan anak laki-laki dihindari yang menimbulkan adanya eksogami.

3. Patriarchat, dimana kaum pria mengambil calon istri mereka dari kelompok lain kedalam kelompok mereka sendiri, sehingga keturunan yang dilahirkan juga tetap tinggal dalam kelompok pria.

4. Parental, dimana kedua orang tua merawat anak-anak mereka secara bersama.

Teori Evolusi keluarga L.H Morgan

Morgan mendapatkan suatu cara untuk mengupas semua sistem kekerabatan dari semua suku bangsa, cara ini didasarkan pada gejala kesejajaran yang seringkali ada diantara sistem istilah kekerabatan dan sistem kekerabatan.

Sesuai dengan zamannya ia juga percaya kepada konsep evolusi masyarakat. Karya pokok yang berjudul Ancient Society melukiskan proses evolusi masyarakat dan kebudayaan manusia melalui 8 tingkat evolusi yang universal. Menurut Morgan, masyarakat dari semua bangsa didunia sudah atau masih akan menyelesaikan proses evolusinya melalui kedelapan tingkat evolusi sebagai berikut:

1. Zaman Liar Tua, zaman sejak adanya manusia manusia hingga ia menemukan api. Dalam zaman ini manusia hidup dari meramu, mencari akar-akar dan tumbuh-tumbuhan liar.

2. Zaman liar madya, zaman sejak manusia menemukan api, sampai ia menemukan senjata busur-panah. Dalam zaman ini manusia mulai merubah mata pencaharian hidupnya dari meramu menjadi pencari ikan di sungai-sungai atau menjadi pemburu.

3. Zaman liar madya, zaman sejak manusia menemukan senjata busur panah, sampai ia mendapatkan kepandaian membuat barang- barang tembikar. Dalam zaman ini mata pencaharian hidupnya masih berburu.

4. Zaman barbar tua, yaitu zaman sejak manusia menemukan kepandaian membuat tembikar sampai ia mulai beternak atau bercocok tanam.

5. Zaman barbar madya, yaitu zaman sejak manusia beternak atau bercocok tanam sampai ia menemukan kepandaian membuat benda-benda dari logam.

6. Zaman barbar muda, zaman sejak manusia menemukan kepandaian membuat benda-benda dari logam, sampai ia mengenal tulisan.

7. Zaman peradaban purba.

8. Zaman peradaban masa kini.

Teori evolusi religi E.B Tylor

Dalam bukunya Primitive culture: research into the development of mythology, philosophy, religion, language, art and custom, asal mula religi adalah kesadaran manusia akan adanya jiwa. Kesadaran akan paham jiwa itu disebabkan karena dua hal, yaitu:

1. Perbedaan yang tampak pada manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-hal yang mati. Satu organisme pada satu saat bergerak artinya hidup, dan pada satu saat tidak bergerak artinya mati.

2. Peristiwa mimpi. Dalam mimpinya manusia melihat dirinya di tempat-tempat lain (bukan di tempat dimana ia sdang tidur), maka manusia itu mulai membedakan antara tubuh jasmaninya yang ada di tempat tidur, dan suatu bagian lain dari dirinya yang pergi ke tempat-tempat lain. Bagian itulah yang disebut jiwa. Sifat abstrak dari jiwa itu menimbulkan keyakinan pada manusia bahwa jiwa dapat hidup langsung, lepas dari tubuh jasmaninya. Pada waktu hidup, jiwa itu masih tersangkut kepada tubuh jasmani dan hanya dapat meninggalkan tubuh pada waktu manusia itu tidur atau pingsan. Karena pada saat serupa itu kekuatan hidup pergi melayang, maka tubuh berada dalam keadaan lemah.

Pada tingkat tertua dalam evolusi religinya, manusia percaya bahwa mahluk-mahluk halus itulah yang menempati alam sekeliling tempat tinggalnya. Mahluk-mahluk halus yang tinggal dekat tempat tinggal manusia itu, yang bertubuh halus sehingga tidak dapat tertangkap oleh panca indra manusia, mendapat tempat yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sehingga menjadi obyek penghormatan dengan penyembahannya, yang disertai berbagai upacara berupa doa penyembahannya, yang disertai berbagai upacara doa, sajian, atau korban. Religi ini disebut animisme.

Tylor melanjutkan teorinya tentang asal mula religi dengan suatu uraian tentang evolusi religi, yang berdasarkan cara berpikir evolusionisme. Animisme pada dasarnya merupakan keyakinan kepada roh-roh yang mendiami alam semesta sekeliling tempat tinggal manusia, merupakan bentuk religi, manusia yakin bahwa gerak alam yang hidup itu juga disebabkan adanya dibelakang peristiwa-peristiwa dan gejala alam itu. Sungai-sungai yang mengalir dan terjun ke laut, gunung-gunung yang meletus, gempa bumi, angin topan, gerak matahari, tumbuhnya tumbuh-tumbuhan; disebabkan oleh mahluk halus yang menempati alam. Jiwa alam itu kemudian dipersonifikasaikan dan dianggap sebagai makhluk yang memiliki kemauan dan pikiran, yang disebut dewa-dewa alam. Pada tingkat ketiga dalam evolusi religi, bersama dengan timbulnya susunan kenegaraan, serupa dalam dunia mahluk manusia.

Teori J.G Frazer Mengenai ilmu gaib dan religi

Teori Frazer mengenai asal mula religi merupakan manusia memecahkan soal-soal hidupnya dengan akal dan sistem pengetahuannya, tetapi akal dan sistem pengetahuan itu ada batasnya. Makin terbelakang kebudayaan manusia, makin sempit lingkaran batas akalnya. Soal-soal hidup yang tak dapat dipecahkan akal pikiran dipecahkan dengan magic yang disebut ilmu gaib. Menurut Frazer, magic adalah semua tindakan manusia untuk mencapai suatu maksud melalui kekuatan-kekuatan yang ada dibelakangnya. Mula-mula manusia hanya menggunakan ilmu gaib untuk memecahkan soal-soal hidupnya yang ada diluar batas kemampuan dan pengetahuan akalnya.

Ilmu gaib menurut Frazer adalah segala sistem tingkah laku dan sikap manusia untuk mencapai suatu maksud dengan menguasai dan mempergunakan kekuatan-kekuatan dan kaedah gaib yang ada di dalam alam. Sebaliknya, religi adalah segala sistem tingkah laku manusia untuk mencapai suatu maksud dengan cara menyandarkan diri pada kemauan dan kekuasaan makhluk halus seperti roh-roh, dewa-dewa, dsb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar