Following Me are:

Jumat, Oktober 29, 2010

SIKAP SEORANG MUSLIM TERHADAP PENGOBATAN PONARI

Oleh Dwi Putri Rahmawati, 0806319860

Judul : 1. Muhammad Ponari: Idola Cilik Bagi Pasien Rakyat Miskin

2. Fenomena Ponari Bukti Masyarakat Lemah Moral & Ekonomi

Data Publikasi : 1. http://rumahsantri.multiply.com/journal/item/72

2. http://suara-islam.info/?p=181

(Diakses pada 21 April 2009)

Kultur masyarakat masih meyakini pengobatan alternatif yang sifatnya instan masih banyak dianut masyarakat Indonesia. Termasuk rakyat miskin banyak mengkonsumsi obat dan jamu yang dijual di warung-warung tanpa kontrol penggunaannya. Menurut Ketua MUI, KH. Amidhan, hal itu terjadi akibat keterbelakangan pengetahuan, terutama pada pengetahuan agama dan impitan ekonomi. Haedar Nashir menanggapi bahwa masyarakat mengalami depresi sosial, tekanan hidup yang begitu rupa, dan mereka tidak dapat mengelolanya. Akibatnya, mereka berperilaku aneh. Biasanya orang sakit dibawa ke dokter, justru ini mereka pergi ke dukun. Maka dari itu, Ketua Lembaga Dakwah NU, KH. Nuril Huda mendesak agar pemerintah memberikan layanan kesehatan yang benar-benar merakyat. Akibat sulitnya memperoleh layanan kesehatan, akhirnya masyarakat mencari pengobatan alternatif.

Meskipun banyak pengunjung yang mengaku penyakitnya bisa disembuhkan oleh Ponari, bagi Dra. Denok Wigati, Msi, psikolog dari Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang, cerita tentang ‘kesaktian’ Ponari ini hanyalah karena sugesti pasiennya. Menurut alumnus Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta ini, begitu muncul kabar ‘kelebihan’ Ponari, banyak masyarakat percaya.

Denok beranggapan, orang yang datang ke tempat Ponari sudah tersugesti. Dalam perasaan mereka sudah tertanam kuat, mereka akan sembuh setelah meminum air yang sudah dicelup batu milik Ponari. Sugestinya yang sudah demikian kuat, bisa menimbulkan sebuah hipnosis, yang hipnosis ini bisa membuat orang melakukan hal-hal di luar kendali dirinya. Padahal, hipnosis hanyalah ‘memainkan’ perasaan seseorang.

Kesembuhan pasien selalu berhubungan erat dengan sugesti diri. Apa yang terjadi berkenaan dengan Ponari erat kaitannya dengan mitos yang masih melekat erat pada masyarakat kita. Kabar tentang Ponari dan batu bertuah yang dimilikinya, serta kesembuhan beberapa orang lewat pengobatnya telah mengobarkan “kepercayaan” masyarakat secara berlebihan terhadap keampuhan pengobatan Ponari. Dalam keadaan sudah tersugesti seperti ini, rasio, logika, dan nalar tidak lagi berlaku. Dalam kacamata agama Islam, perilaku berlebihan yang ditunjukkan masyarakat ini dapat “mencederai” ketulusan keberagamaan (baca: tauhid) seseorang, yang pada gilirannya dapat menghapus amal kebajikan yang telah dilakukan, atau bahkan bisa menggugurkan keislaman seseorang.

Wakil Katib Syuriah PWNU Jawa Timur KH Abdurrahman Nafis menilai peristiwa di Jombang itu membuktikan bahwa masyarakat masih lemah moral dan ekonomi. Masyarakat diminta tidak lantas percaya sampai menimbulkan syirik.

Beberapa kalangan menilai fenomena Ponari menunjukkan matinya logika. Cemoohan ditujukan kepada orang-orang yang datang ke Ponari. Masyarakat dinilai sudah tidak percaya kepada pengobatan moderen yang lebih rasional. Bahkan, beberapa ulama dengan cepat menyatakan bahwa pengobatan ala Ponari itu tergolong perbuatan syirik, sebab orang lebih percaya kepada batu, bukan kepada Allah. Menurut Prof. Haryadi, fenomena pengobatan yang dilakukan Ponari tidak bisa hanya dianalisis dari sisi ilmiah. Semua orang seharusnya lebih bijaksana menghadapi fenomena Ponari ini, termasuk di dalamnya kemungkinan adanya kekuatan gaib pada diri Ponari yang tidak bisa dijelaskan dengan akal.

Kemungkinan pertama, Ponari diberi anugerah kekuatan penyembuhan penyakit oleh Allah SWT. Hal seperti ini sudah sering kita dengar dibeberapa tempat bahwa ada orang yang tiba-tiba mendapat kekuatan atau ‘ilmu’ dari Tuhan sehingga dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Bagi Allah SWT, apapun yang tidak mungkin dalam pandangan manusia, bagi Allah mudah saja. Kun faya kun, jadilah maka terjadilah ia. Kemungkinan kedua, melalui Ponari dan batunya itu, Allah SWT ingin menguji iman ummat-Nya, sejauh mana akidah manusia berubah melalui pengobatan Ponari itu. Apakah manusia lebih percaya bahwa batu itu yang menyembuhkan penyakit atau tetap percaya bahwa Allah yang menyembuhkan sedangkan Ponari hanyalah perantara kesembuhan belaka. Jika meyakini batu atau Ponari itu yang menyembuhkan, jatuhlah ia keperbuatan syirik yaitu sikap mempersekutukan Tuhan, yang mana dosanya tidak bisa diampuni.

Sikap yang paling bijaksana adalah kehati-hatian. Kesembuhan sumbernya tetap dari Allah SWT. Allah yang menciptakan penyakit, Allah juga yang menyediakan obatnya. Kedokteran atau pengobatan alternatif hanyalah perantara kesembuhan saja. Mungkin melalui tangan dokter, tabib, shinse, paranormal, atau Ponari obat itu diberikan Tuhan kepada orang yang sedang sakit.

Khusus mengenai pengobatan Ponari, ulama mengingatkan untuk tidak meyakini batu milik Ponari bisa menyembuhkan segala macam penyakit, juga tidak meyakini bahwa Ponari bisa menyembuhkan penyakit. Keyakinan seperti itu bisa merusak akidah. Mengikuti pengobatan seperti yang dilakukan Ponari, akidah harus kuat. Kalau akidah tidak kuat, bisa berubah menjadi syirik. Menurut ketua MUI Jombang, berobat ke Ponari boleh-boleh saja, tapi harus meyakini bahwa yang bisa menyembuhkan penyakit hanya Allah SWT. Untuk menyembuhkan penyakit, Allah memberikan berbagai macam cara, diantaranya melalui ilmu kedokteran. Manusia hanya berikhtiar mencari jalan kesembuhan, tetapi kesembuhan tetap milik Allah SWT. Ponari hanyalah perantara saja.

Dalam Islam, Alloh-lah sang Penyembuh, pemberi mudhorot dan manfaat, bukan benda atau makhluk. Ini yang disebutkan dalam Al Qur’an. Ini keyakinan dasar kita dan ini berlaku untuk semua hal. Maka jika kita pergi ke dokter, kita juga tidak diperbolehkan meyakini bahwa kesembuhan ada di tangan dokter atau obat. Bahkan dalam pengobatan menggunakan ruqyah pun para Ulama salaf bersepakat bahwa tidak boleh meyakini ruqyah adalah penyembuh tetapi Alloh-lah yang menyembuhkan sedangkan ruqyah hanyalah sarana. Kalimat tersebut adalah keyakinan dasar dalam semua hal baik untuk pengobatan ala ponari maupun pengobatan medis.

Berobat adalah upaya dan usaha, sedang yang meyembuhkan adalah Allah. Oleh karena itu hendaklah seseorang berobat sesuai dengan kemampuannya tanpa memaksakan diri apabila diluar kemapuannya. Allah berfirman: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286). Karenanya, pengobatan alternatif harus tetap dapat dinalar dan dirasionalkan. Sikap pasien terhadap “tabib” juga tetap tidak boleh berlebihan. Dalam hal ini pengkultusan dukun atau tabib merupakan hal yang dilarang. Bukankah mereka tetap manusia biasa yang tidak lepas dari kelebihan dan kekurangannya.

Apabila dicermati, Ponari ini merupakan puncak harapan banyak orang miskin terhadap pengobatan gratis dari pemerintah. Bagi orang miskin, Ponari telah menggantikan peran dokter. Ponari yang masih anak-anak dianggap sebagai makhluk suci telah menjadi media ampuh bagi masyarakat di Jawa Timur. Sebaiknya, pemerintah kabupaten setempat memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat terutama yang kurang mampu. Pemerintah juga harus memberikan pelayanan yang terjangkau karena mungkin ekonomi masyarakat tidak cukup untuk menjangkau pengobatan medis. Ada baiknya para gubernur dan bupati se-Indonesia merencanakan dan melaksanakan program Pengobatan Gratis untuk masyarakat. Hal ini sangat dibutuhkan supaya masyarakat Indonesia tidak mendatangi para dukun untuk berobat, karena berobat ke dukun dianggap salah.

Disamping itu juga, masyarakat harus kritis dan jangan mudah percaya dengan kabar atau isu. Karena kita tidak tahu apakah kemujarabannya itu bisa dibuktikan atau tidak, seringkali itu hanya disampaikan dari mulut ke mulut sehingga selalu ada bias dari kenyataan yang sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar