Following Me are:

Jumat, Oktober 29, 2010

Pendekatan Psikologi Komunikasi

Dwi Putri Rahmawati

0806319860

Psikologi Komunikasi

Saya mengambil contoh kasus dari suatu sumber yaitu mengenai Penembakan mati dua polisi oleh perampok terjadi di sebuah bank Kota Pinang, Labuhan Ratu. Para perampok berhasil menembak mati dua polisi dan berhasil kabur dengan membawa uang hasil curiannya. Saat menjalankan aksinya, wajah para perampok ditutupi dengan kain sebo sehingga polisi sulit mengetahui identitas para perampok tersebut. Aksi perampokan tersebut terjadi pukul 10 pagi yang diawali dengan datangnya sebuah Daihatsu Troper memiliki plat BM. Beberapa penumpang mobil itu berbondong-bondong turun begitu berhenti di parkiran. Para perampok langsung memberondongkan tembakan ke udara. Kemudian, enam perampok segera masuk ke bank lalu menodong kasir dan memaksanya untuk mengumpulkan uang di bank. Beberapa kasir yang ketakutan sesegera mengambil semua uang seperti yang diperintah oleh perampok. Masyarakat yang melihat dan mengalami peristiwa tersebut mungkin mengungkapkan bahwa hal itu sangat mengerikan, menakutkan, mengherankan, membencinya, dan bahkan mengalami trauma psikologis.

Perilaku kriminal merupakan representasi dari identitas yang tidak terkendalikan oleh ego dan super ego. Identitas adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia pusat insting (hawa nafsu dalam kamus agama). Identitas ini merupakan impuls yang memiliki prinsip kenikmatan (Pleasure Principle). Ketika prinsip itu dikembangkan, super ego terlalu lemah untuk mengontrol impuls yang hedonistik. Pada akhirnya, perilaku untuk sekehendak hati asalkan menyenangkan muncul dalam diri seseorang. Super ego lemah disebabkan oleh resolusi yang tidak baik dalam menghadapi konflik.

Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Ego-lah yang menyebabkan manusia mampu menundukan hasrat hewaninya. Ia bergerak berdasarkan prinsip realitas (reality principle). Superego adalah polisi kepribadian, mewakili yang ideal.Superego adalah hati nurani (conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural masyarakatnya. Ia memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tak berlainan ke alam bawah sadar.

Tindakan kriminal dapat disebabkan juga karena rasa cemburu pada sesuatu yang tidak terselesaikan, sehingga individu senang melakukan tindak kriminal untuk mendapatkan hukuman agar merasa diperhatikan. Seorang psikoanalist, Bowlby menyatakan bahwa aktivitas kriminal merupakan pengganti dari rasa cinta dan afeksi. Umumnya kriminalitas dilakukan pada saat hilangnya ikatan cinta ibu-anak.

Anggapan dasar dari kasus ini di lihat dari pendekatan psikoanalisis adalah perilaku masyarakat ditentukan oleh insting bawaan yang sebagian besar tidak disadari oleh mereka sendiri. Proses ketidaksadaran tersebut merupakan proses terpengaruhnya perilaku oleh pikiran, ketakutan atau keinginan-keinginan yang tidak disadari oleh mereka. Maka dalam kasus tersebut, masyarakat yang mengalami peristiwa tersebut kemungkinan mengalami trauma psikologi akibat perilaku-perilaku para perampok.

Para perampok memiliki keinginan untuk memuaskan diri mereka. Sehingga, apapun caranya mereka akan lakukan demi tercapainya suatu keinginan yang memuaskan tersebut. Hal itu terjadi oleh insting bawaan yang sebagian besar tidak disadari. Tak menutup kemungkinan bahwa para perampok akan trus melakukan tindakan kriminal demi keinginan yang dilandasi ketidaksadarnya insting mereka.

Dalam buku psikologi kepribadian yang ditulis oleh Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, Id disebut sebagai suatu sistem kepribadian yang asli, dimana dari sinilah ego dan super ego berasal. Namun melihat dari strukturnya, Id lebih tepat dikatakan sebagai sistem “dorongan internal” daripada dikatakan sebagai suatu sistem “kepribadian”.

Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa Id itu sendiri merupakan reservoir energi yang cenderung mencari pelampiasan dan pemenuhan kepuasan sehingga perlu dikontrol dengan sistem kepribadian yang lain. Id hanya mampu melihat dunia secara subyektif, karena memang ia diciptakan tanpa adanya pertimbangan secara obyektif dari dunia sekitarnya. Jadi, Id hanya memiliki kekuatan untuk mendorong pada usaha real untuk memuaskan keinginannya dan meredakan ketegangan yang dialami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar